Selamat pagi semua, sekedar informasi buat teman-teman yang ingin lebih tau tentang budaya-budaya yang ada di nusantara tercinta kita ini, nah lkali ini saya mau memberikan informasi tentang budaya atau lebih singkatnya sejarah singkat Pertapaan Pringgondani serta budaya-budaya yang ada, nah Pertapaan Pringgondani ini berada di Desa Blumbang, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah,,singkat cerita Menurut riwayat yang berkembang,
kompleks pertapaan Pringgodani merupakan wilayah kekuasaan Prabu Brawijaya V
(Raja Majapahit yang terakhir) pada masa pelariannya dari Kerajaan Majapahit.
Daerah tersebut kemudian diserahkan kepada adiknya yang bernamaKoconegoro sebagai
ungkapan terima kasih atas pengorbanannya terhadap Kerajaan Majapahit.
Sejak Majapahit runtuh, Prabu Brawijaya V melarikan diri ke Gunung Lawu sampai
meninggal dengan muksa (jiwa dan raganya masuk dalam
alam gaib) selama 7 tahun. Setelah itu kadang-kadang Prabu Brawijaya V
menampakkan diri di sekitarSendang Wali sampai Hargo Dumilah.
Menurut masyarakat setempat
“Pringgodani” merupakan gabungan dari kata-kata: Pring, Nggon, dan
Ndani. Pring (Bahasa Indonesia = bambu) karena pring atau
bambu adalah benda yang bisa dibuat apa saja, seperti manusia yang bisa berbuat
apa saja; sedangkan kata nggon adalah bahasa Jawa yang artinya
tempat, dan ndani adalah singkatan dari kata Jawa ndandani,
yang berarti memperbaiki. Jadi, pringgodani adalah tempat bagi
manusia untuk memperbaiki diri. Sedangkan namaKoconegoro atau
sering juga disebut Eyang Panembahan Koconegoro hanyalah
mitos. Sebab nama tersebut hanyalah sebuah perumpamaan, yakni: eyang artinya
yang dituakan(yang tua), panembahan berarti tempat, koco berarti
cermin, dan negoro artinya diri kita. Jadi, dapat diartikan
sebagai tempat yang dituakan (dikeramatkan) dan bermanfaat untuk bercermin
(memperbaiki) diri kita.
Menurut cerita masyarakat, Pertapaan
Pringgodani mempunyai kaitan dengan cerita Prabu Boko. Dahulu ada
seorang raja yang bernama Prabu Boko yang mempunyai kebiasaan
memakan manusia. Karena kegemaran yang tidak wajar itu, maka penduduk di
sekitarPertapaan Pringgodani (Kalurahan Blumbang dan Pancot) habis
dimangsanya. Tinggallah seorang yang bernama Mbok Rondho Dadapan,
dengan putrinya yang masih berusia 7 bulan yaitu Harwati. Pada saat itu Prabu
Boko juga hendak memangsa Harwati, namun Mbok Rondho Dadapan menolak
dan minta waktu tujuh hari. Pada saat itulah seorang pertapa dari Pringgodani
turun gunung. Sang pertapa bersedia menolong mbok Rondho dengan cara menjelma
sebagai Harwati dan bersedia menjadi mangsa Prabu Boko. Ketika Prabu Boko
datang dan hendak memangsa Harwati tiba-tiba tangan anak tersebut memegang
kepala Prabu Boko dan dibantingkan pada batu gilang yang terdapat di Desa
Pancot. Kepala Prabu Boko remuk, mata dan otaknya menjadi batu kapur di Gunung
Gamping, taringnya menjadi tanaman bawang, gigi geraham menjadi brambang, dan
tubuhnya menjadi palawija. Dengan tewasnya Prabu Boko, masyarakat Pancot dan
Blumbang merasa aman, maka sang pertapa kembali ke pertapaannya di Pringgodani.
Merasa desanya dilindungi oleh
pertapa, maka penduduk Desa pancot dan Blumbang sampai sekarang mengadakan
upacara yang diselenggarakan setiap hari lahirnya sang Pertapa yaitu Hari
Selasa Kliwon pada (kalender Jawa). Upacara itu diadakan dengan harapan agar
masyarakat selalu merasa aman, mendapat rezeki, dan berkah. Masyarakat juga
mempercayai bahwa berbagai tempat yang dikeramatkan di lokasi tersebut juga
mempunyai makna yang berbeda-beda. Hal ini sangat tergantung pada motif
kedatangan dan tujuan para pengunjung, serta aliran kepercayaan yang
diyakininya. Ada pengunjung yang motif kedatangan dan tujuannya untuk mencari
ketenteraman batin, ada yang mencari ilmu gaib, dan ada juga yang datang untuk
berobat.
Posting Komentar